Minggu, 13 Desember 2015

RIVIEW JURNAL ETIKA BISNIS



MENJALANKAN BISNIS SECARA ETIS DAN BERTANGGUNG JAWAB
Setia Budhi Wilardjo
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang

Abstrak

Etika merupakan keyakinan mengenai tindakan yang benar dan yang salah, atau tindakan yang baik dan yang buruk, yang mempengaruhi hal lainnya. Nilai-nilai dan moral pribadi perorangan dan konteks sosial menentukan apakah suatu perilaku tertentu dianggap sebagai perilaku yang etis atau tidak etis. Etika bisnis adalah istilah yang biasanya berkaitan dengan perilaku etis atau tidak etis yang dilakukan oleh manajer atau pemilik suatu organisasi.
Etika mempengaruhi perilaku pribadi di lingkungan kerja.

PENDAHULUAN
Etika merupakan keyakinan mengenai tindakan yang benar dan yang salah yang mempengaruhi hal lainnya. Nilai-nilai dan moral pribadi perorangan dan konteks sosial menentukan apakah suatu perilaku tertentu dianggap sebagai perilaku yang etis atau tidak etis. Dengan kata lain, perilaku etis merupakan perilaku yang mencerminkan keyakinan perseorangan dan norma-norma sosial yang diterima sedangkan non-etis yang mencermikan yang salah atau buruk. Etika bisnis adalah istilah yang biasanya berkaitan dengan perilaku etis atau tidak etis yang dilakukan oleh manajer atau pemilik suatu organisasi (Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert, 2007).

Etika Individual
Cakupan standar sosial, cenderung cukup mendukung beberapa perbedaan keyakinan. Tanpa melanggar standar umum suatu budaya, individu dapat mengembangkan kode etik pribadi yang mencerminkan beragam sikap dan keyakinan. Dengan demikian, perilaku etis dan tidak etis sebagian ditentukan oleh individu dan sebagian ditentukan oleh budaya

Ambiguitas, Hukum, dan Dunia Nyata
Masyarakat umumnya menerapkan undang-undang formal yang mencerminkan standar etis atau norma sosial yang berlaku. Kita berupaya membuat undang-undang yang tidak bersifat ambigu, namun penafsiran dan penerapannya dapat menyebabkan ambiguitas. Situasi dunia nyata sering dapat ditafsirkan berbeda, dan menerapkan aturan baku ke dunia nyata tidak selalu mudah (Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert, 2007)


Kode dan Nilai Individu
Kode etik pribadi masing-masing orang ini ditentukan oleh kombinasi sejumlah faktor. Kita mulai membentuk standar etis sebagai seorang anak sebagai tanggapan kita atas perilaku orang tua dan orang dewasa lainnya. Kemudian kita masuk sekolah, di mana kita dipengaruhi teman-teman sekolah, dan ketika kita tumbuh menjadi dewasa, pengalaman membentuk hidup kita dan berkontribusi pada keyakinan etis dan perilaku kita. Kita juga mengembangkan nilai-nilai dan moral yang berkontribusi pada standar etis.





Etika Bisnis dan Etika Manajerial
Etika manajerial merupakan standar perilaku yang memandu manajer dalam pekerjaan mereka. Walaupun etika Anda dapat mempengaruhi kerja Anda dalam sejumlah hal, tidak ada ruginya menggolongkan dalam tiga kategori yang luas.

Perilaku Terhadap Karyawan
Kategori ini meliputi materi seperti merekrut dan memecat, menentukan kondisi upah dan kerja, serta memberikan privasi dan respek. Pedoman etis dan hukum mengemukakan bahwa keputusan perekrutan dan pemecatan harus didasarkan hanya pada kemampuan karyawan melakukan pekerjaan.

Perilaku terhadap Organisasi
Isu etis juga muncul dari perilaku karyawan terhadap majikannya, khususnya dalam kasus seperti konflik kepentingan, kerahasiaan, dan kejujuran. Konflik kepentingan terjadi karena suatu aktivitas bisa menguntungkan individu dengan merugikan pihak majikannya.

Perilaku terhadap Agen Ekonomi Lainnya
Etika juga tampil dalam hubungan antara perusahaan dan karyawannnya dengan apa yang disebut agen kepentingan primer – terutama pelanggan, pesaing, pemegang saham, pemasok, penyalur, dan serikat buruh. Dalam menghadapi agen-agen tersebut, ada peluang terjadinya ambiguitas etis dalam hampir setiap aktivitas – periklanan, laporan keuangan, pemesanan dan pembelian, tawar-menawar dan perundingan dan hubungan bisnis lainnya.

Menilai Perilaku Etis
Ada tiga langkah yang disederhanakan untuk menerapkan penilaian etis terhadap situasi yang dapat timbul selama kita melakukan aktivitas bisnis yaitu:
1. Mengumpulkan informasi faktual yang relevan
2. Menganalisis fakta-fakta untuk menentukan nilai moral yang paling tepat
3. Melakukan penilaian etis berdasarkan kebenaran atau kesalahan terhadap aktivitas atau kebijakan yang akan kita nilai tersebut.

Agar dapat menilai suatu etika perilaku secara lebih mendalam, kita membutuhkan
perspektif yang lebih kompleks. Perhatikanlah 4 norma dan persoalan yang ditimbulkannya :
1. Kegunaan (utility): Apakah suatu tindakan mengoptimalkan keuntungan mereka yang dipengaruhi oleh tindakan tersebut ?
2. Hak (rights): Apakah tindakan itu menghargai hak-hak orang yang terlibat ?
3. Keadilan (justice) : Apakah tindakan itu konsisten dengan apa yang kita anggap adil ?
4. Kepedulian (caring): Apakah tindakan itu konsisten dengan tanggung jawab masing-masing pihak kepada pihak lainnya ?

Praktek-praktek Perusahaan dan Etika Bisnis
Bidang yang semakin menjadi kontroversi yang berkaitan dengan etika bisnis dan praktek-praktek perusahaan mencakup posisi e-mail dan komunikasi lain yang terjadi di dalam suatu organisasi. Dengan adanya kode etik yang terinci dan seorang pejabat senior yang memberdayakannya, perusahaan tersebut mengirimkan harapannya akan tindakan etis dari para karyawannya. Dua pendekatan paling umum untuk membentuk komitmen manajemen puncak terhadap praktek bisnis yang etis adalah membuat peraturan tertulis dan
memberlakukan program etika.

Menerapkan Kode Etik Tertulis
Banyak perusahaan menuliskan kode etik tertulis yang secara formal menyatakan keinginan mereka melakukan bisnis dengan perilaku yang etis. Unsur-unsur pentingnya adalah sebagai berikut:
· Kami mempercayai dan menghargai individu
· Kami fokus pada tingkat pencapaian prestasi dan kotribusi yang tinggi
· Kami menjalankan bisnis kami dengan integritas tanpa kompromi
· Kami meraih tujuan umum kami melalui kerja kelompok
· Kami mendorong fleksibilitas dan inovasi

Memberlakukan Program Etika
Etika mempengaruhi perilaku pribadi di lingkungan kerja. Tanggung jawab sosial adalah sebuah konsep yang berhubungan, namun merujuk pada seluruh cara bisnis berupaya menyeimbangkan komitmennya terhadap kelompok dan pribadi dalam lingkungan sosialnya. Kelompok dan individu itu sering kali disebut sebagai pihak yang berkepentingan dalam organisasi. Mereka adalah kelompok, orang, dan organisasi yang dipengaruhi langsung oleh praktek-praktek suatu organisasi dan, dengan demikian, berpentingan terhadap kinerja organisasi itu. Pihak-pihak utama yang berpentingan dalam Korporasi yaitu: Karyawan, Investor, Komunikasi Lokal, Pelanggan, Pemasok (Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert, 2007).

Model Tanggung Jawab terhadap Pihak yang Berkepentingan
Sebagian besar korporasi yang berusaha untuk bertanggung jawab kepada pihak yang berkepentingan atas mereka, pertama-tama berfokus pada lima kelompok utama: pelanggan, karyawan, investor, pemasok, dan komunitas lokal tempat mereka menjalankan bisnisnya. Kemudian mereka dapat memilih pihak berkepentingan lainnya yang relevan atau penting bagi organisasinya dan mencoba memenuhi kebutuhan dan pengharapan mereka.

Pelanggan
Bisnis yang bertanggung jawab terhadap pelanggan mereka berusaha melayani pelanggannya secara wajar dan jujur. Mereka juga mencari cara untuk menetapkan harga secara wajar, menghargai garansi, memenuhi komitmen pengiriman pesanan, dan mempertahankan kualitas produk yang mereka jual. Dell Computer, Johnson & Johnson, Land’s End, dan L.L. Bean merupakan beberapa contoh perusahaan yang memiliki reputasi yang baik dalam bidang ini. Dalam tahun-tahun terakhir, banyak bank kecil meningkatkan laba dengan menawarkan layanan pelanggan yang jauh lebih kuat daripada bank-bank nasional yang besar (seperti Well Fargo dan Bank of America).

Karyawan
Bisnis yang bertanggung jawab secara sosial terhadap pekerjaannya memperlakukan karyawan dengan adil menganggap pekerja sebagai bagian dari tim, dan menghormati harga diri dan kebutuhan dasar manusiawi mereka. Lebih dari itu, banyak perusahaan berupaya keras mencari, mempekerjakan, melatih, dan mempromosikan kelompok minoritas yang memenuhi kualitas kerja

Investor
Untuk mempertahankan sikap mental dan tanggung jawab sosial terhadap para investor, para manajer harus mengikuti prosedur akuntansi yang pantas, memberikan informasi yang tepat kepada pihak berkepentingan mengenai kinerja keuangan perusahaan, dan mengelola perusahaan untuk melindungi hak-hak dan investasi para pemegang saham

Pemasok
Hubungan dengan para pemasok harus dikelola dengan hati-hati. Sebagai contoh, mungkin mudah bagi korporasi besar untuk memanfaatkan pemasok dengan menentukan jadwal pengantaran yang tidak realistis dan mengurangi margin laba dengan cara terus menerus menekan harga serendah mungkin. Banyak perusahaan kini mengakui pentingnya perjanjian persekutuan yang saling menguntungkan dengan pemasoknya. Jadi, mereka memberikan informasi mengenai rencana masa depan, negosiasi jadwal pengantaran dan harga yang dapat diterima kedua belah pihak, dan lain-lainnya. Ford dan Wal-Mart termasuk diantara perusahaan yang diakui memiliki hubungan yang sangat baik dengan pemasok mereka (Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert, 2007).

Komunitas Lokal
Sebagian besar bisnis berusaha untuk bertanggung jawab secara sosial kepada komunitas lokal mereka. Mereka dapat memberi sumbangan program-program lokal seperti baseball Little League, secara aktif terlibat dalam program-program amal seperti United Way, atau sekedar berusaha menjadi warga korporasi yang baik dengan meminimalkan dampak negatif mereka terhadap komunitas. Toko-toko Target misalnya, menyumbangkan sekian persen dari penjualan mereka kepada komunitas lokal tempat mereka menjalankan bisnisnya.

Kesadaran Sosial Masa Kini
Kesadaran sosial dan pandangan terhadap tanggung jawab sosial terus berkembang. Praktek-praktek bisnis dan para wirausahawan seperti John D. Rockefeller, J.P. Morgan, dan Cornelius Vanderbilt menimbulkan kekhawatiran akan penyalahgunaan kekuasaan dan mengakibatkan dibuatnya undang-undang pertama Amerika Serikat yang mengatur dasar-dasar praktek bisnis.
Selama tahun 1980-an dan 1990-an, kesejahteraan ekonomi yang dinikmati secara umum di kebanyakan sektor ekonomi telah mendorong terjadinya periode sikap laissez-faire lainnya terhadap bisnis. Walaupun kadang-kadang ada skandal atau kegagalan bisnis besar, sebagian besar orang tampaknya memandang bisnis sebagai kekuatan positif dalam masyarakat dan umumnya mampu menjaga ketertibannya sendiri melalui kekuatan kontrol  diri dan pasar bebas. Banyak bisnis terus beroperasi dengan cara yang dipahami dan bertanggung jawab sosial. Sebagai contoh, para pengecer seperti Sears dan Target mempunyai kebijakan menolak penjualan pistol dan senjata lainnya. Demikian juga, pengecer mainan nasional Kaybee dan Toys “R” Us menolak menjual pistol mainan yang terlihat persis seperti aslinya. Dan Anheuser Busch pun mempromosikan konsep minum minuman keras secara bertanggung jawab dalam beberapa iklannya (Case and Fair, 2009). Perusahaan-perusahaan dalam berbagai industri lainnya juga telah mengintegrasikan pemikiran kepedulian sosial ke dalam rencana produksi dan usaha pemasaran mereka

PEMBUANGAN LIMBAH KE LAUT
Pesiar telah menjadi liburan yang sangat diminati banyak orang. Lebih dari 8 juta penumpang telah berpesiar di laut setiap tahunnya, menyusuri berbagai lautan mencari pantai yang belum tersentuh dan perairan bening. Lautan Karibia, Mediterania, dan Alaska merupakan tujuan yang paling sering dikunjungi. Kapal pesiar modern membawa 2000 penumpang dan 1000 kru kapal pesiar. Jumlah tertentu tentu menghasilkan banyak sampah. Pada hari biasa, kapal pesiar akan menghasilkan 7 ton sampah padat, yang dibakar dan kemudian dibuang; 15 galon limbah kimia yang sangat beracun; 7000 galon air mengandung minyak yang berasal dari lambung kapal; dan 225.000 galon air yang berasal dari wastafel dan cucian. Kapal pesiar juga mengambil air yang berfungsi sebagai pemberat yang diambil dan dibuang di mana pun dan kapan pun diperlukan, melepaskan polusi dan biota laut dari bagian bumi yang lain.
Bersamaan dengan polusi yang disebabkan oleh kapal pesiar, pembuangan ilegal internasional juga terus bertambah dalam skala tertentu. Sebagai contoh, selama beberapa dekade terakhir, sebagai konsekuensi pengetatan peraturan, sepuluh perusahaan kapal pesiar telah membayar $48,5 juta sebagai denda akibat pembuangan ilegal. Dalam penyelesaian denda terbesar selama ini, perusahaan pelayaran Royal Carribean (www.royalcarribean.com)
membayar $27 juta karena telah melakukan perubahan fasilitas secara ilegal, memalsukan data, berbohong pada penjaga pantai, dan dengan sengaja menghancurkan bukti yang memberatkan.

AKUNTABILITAS BISNIS
Aturan Pemberian Informasi
Martha Stewart baru-baru ini didakwa atas tuduhan menghambat pengadilan dan berbohong kepada agen pemerintah. Namun ketika orang-orang memberikan perhatian pada penderitaan yang dialaminya, bahkan beberapa mengambil keuntungan atas musibahnya, hanya sedikit yang benar-benar mengerti dasar tuduhan yang diajukan terhadapnya. Ternyata sebagian besar masalah sangat bergantung pada siapa mengatakan apa, kapan, dan kepada siapa (www.marthastewart.com).
Dr. Samuel Waksal menghabiskan sebagian besar kariernya sebagai imunolog yang disegani. Pada tahun 1984, dia meluncurkan satu bisnis bioteknologi yang disebut ImClone untuk mengeksplorasi opsi pengobatan baru untuk penyakit serius seperti kanker (www.imclone.com). Waksal mempekerjakan saudaranya Harlan, juga seorang dokter, untuk membantu menjalankannya. Tampaknya mereka menemukan jalan menjadi kaya pada awal tahun 1990-an, ketika seorang ilmuwan riset profesional terkenal John Mendelsohn mengindikasikan adanya temuan yang mungkin dapat menjadi terobosan besar dalam memerangi kanker. Erbitux, nama obat baru itu, tampaknya menunjukkan potensi besar untuk
mengobati jenis kanker tertentu. Dengan dana tambahan, Mendelsohn yakin bahwa dia bisa mendapatkan izin federal untuk memasarkan obat itu. Waksal bersaudara meyakinkan Mendelsohn untuk melisensikan obat Erbitux kepada ImClone (www.erbitux.com).

Beberapa tahun berikutnya, ketika obat itu dikembangkan lebih lanjut lebih lanjut dan disempurnakan, Waksal menghabiskan banyak waktu untuk membangun antusiasme akan Erbitux. Paling tidak satu terobosan media terhadap kanker akan mendapatkan nilai pasar yang luar biasa. Upaya pemasaran Waksal membuahkan hasil. Para investor mengantri di depan pintu, dan ImClone menjadi topik pembicaraan di New York. Mick Jagger muncul di pesta Natal Waksal, dan Doobie Bothers berpentas pada pesta ImClone saat pertemuan besar riset kanker. Waksal sendiri ikut berpesta dengan Martha Stewart dan berkencan dengan putrinya.
Ketika Erbitux semakin mendekati kenyataan, antusiasme terus memuncak. American Society of Clinical Oncologist meramalkan bahwa pada abad keduapuluh satu Erbitux akan menjadi seperti vaksin polio dan cacar pada abad keduapuluh. Sementara itu Waksal mulai memberi isyarat bahwa proses pengujian pada Food and Drug Administration (FDA) akan berjalan lancar dan bahwa ia mengharapkan persetujuan sepenuhnya segera setelah evaluasi FDA selesai (www.fda.gov).
Pada musim semi tahun 2001, Bristol-Myers Squibb (www.bms.com) mengumumkan rencana melakukan investasi $2 miliar pada ImClone. Sebagai imbalannya, pabrik obat raksasa itu akan mendapat bagian 20% dalam ImClone dan bagian hak penjualan di Amerika
Serikat pada Erbitux. Didukung sebagian oleh investasi Bristol-Myers dan sebagian oleh kampanye promosi Waksal, saham ImClone menunjukkan kinerja yang mengesankan, meroket, menjangkau $75,45 per saham pada awal Desember 2001. Tetapi selanjutnya mulailah terjadi kemerosotan besar.
Pada awal Desember 2001, mulai beredar desas-desus di kalangan pejabat penting Bristol-Myers dan ImClone bahwa izin Erbitux mengalami kesulitan. Diduga, Samuel dan Harlan Waksal melancarkan upaya lobi yang gencar dengan melakukan kontak-kontak pribadi pada FDA agar pengumuman keputusan ditunda atau ditangguhkan. Pada tanggal 6 Desember, Harlan menjual $50 juta saham ImClone-nya. Pada tanggal 26 Desember, Samuel tahu bahwa FDA telah mengambil keputusan menolak aplikasi Erbitux dan menolak menyetujui produksi komersialnya.
Malam itu hingga besok paginya, Waksal dilaporkan menyampaikan informasi ini kepada anggota keluarga tertentu dan teman-teman dekat. Pada tanggal 27 Desember, anggota keluarga menjual lebih dari $9 juta saham ImClone. Waksal mencoba melepaskan $5 juta saham ImClone tetapi ditolak oleh pialangnya, yang sudah menghentikan semua transaksi ImClone. Pada hari yang sama, Martha Stewart menjual 3.928 saham ImClone.

Pengumuman resmi FDA dilakukan pada tanggal 28 Desember. Pada tanggal 31Desember, hari pertama perdagangan setelah pengumuman, volume dagang imClone meningkat 179% karena nilainya merosot 15%. Sepanjang musim panas tahun 2002, saham ImClone terus jatuh, dan pada bulan Juni 2002, hanya mencapai $7,83 per saham. Dewan ImcLone membujuk Waksal untuk mundur karena penyelidikan Securities and Exchange Comission (SEC) atas tindakan-tindakannya merusak kinerja perusahaan tersebut (www.sec.gov). Pada tanggal 12 Juni 2002, FBI menahan Samuel Waksal dengan tuduhan insider trading dan menghambat pengadilan.
Di awal bulan Agustus 2002, beberapa tuduhan baru diajukan terhadap Waksal, termasuk memberikan pernyataan palsu dan penipuan terhadap bank. Inti dari tuduhan baru ini adalah tuntutan untuk tindakannya terhadap dua institusi keuangan besar, Bank of America dan Refo Capital Market. Pihak berwenang meyakini bahwa pada akhir tahun 1999, Waksal memiliki surat jaminan asset yang memungkinkan ia mampu membeli saham ImClone sebanyak 350.000 lembar dengan harga $5,50. Dia menggunakan surat tersebut sebagai jaminan untuk memperoleh pinjaman dari setiap pemberi pinjaman, di mana tidak ada seorang pun di antara para pemberi pinjaman yang mengetahui bahwa surat tersebut digunakan untuk mendapatkan pinjaman dari pihak lain. Di tahun 2000, Waksal mencairkan suratnya, sehingga surat itu tidak lagi berguna sebagai jaminan bagi pemberi pinjaman manapun. Tidak lama kemudian, di tahun yang sama, Bank of America mengajukan permohonan konfirmasi kepada Waksal untuk menyatakan bahwa suratnya masih ada ditangan Waksal. Waksal kemudian memalsukan tanda tangan dewan ImClone, pada sebuah surat pernyataan tertanggal 10 November 2000, untuk meyakinkan bahwa surat jaminan aset tersebut masih berlaku sebagai jaminan.










KESIMPULAN
Etika bisnis adalah istilah yang biasanya berkaitan dengan perilaku etis atau tidak etis yang dilakukan oleh manajer atau pemilik suatu organisasi. Kita berupaya membuat undangundang
yang tidak bersifat ambigu, namun penafsiran dan penerapannya dapat menyebabkan ambiguitas. Situasi dunia nyata sering dapat ditafsirkan berbeda, dan menerapkan aturan baku ke dunia nyata tidak selalu mudah. Etika mempengaruhi perilaku pribadi di lingkungan kerja.

Etika juga tampil dalam hubungan antara perusahaan dan karyawannnya dengan apa yang disebut agen kepentingan primer – terutama pelanggan, pesaing, pemegang saham, pemasok, penyalur, dan serikat buruh. Tanggung jawab sosial adalah sebuah konsep yang berhubungan, namun merujuk pada seluruh cara bisnis berupaya menyeimbangkan komitmennya terhadap kelompok dan pribadi dalam lingkungan sosialnya. Kelompok dan individu itu sering kali disebut sebagai pihak yang berkepentingan dalam organisasi. Mereka adalah kelompok, orang, dan organisasi yang dipengaruhi langsung oleh praktek-praktek suatu organisasi dan, dengan demikian, berpentingan terhadap kinerja organisasi itu. Pihak-pihak utama yang berpentingan dalam Korporasi yaitu: Karyawan, Investor, Komunikasi Lokal, Pelanggan, Pemasok.

Dalam penerapan etika dan tanggung jawab sosial tentu juga berkaitan dengan kebiasaan hidup kita sehari-hari. Membuang limbah sembarangan ke laut, berbuat curang dan berbohong merupakan perilaku yang tidak baik untuk ditiru dan akan berhadapan dengan kebiasaan dan hukum yang berlaku di suatu negara khususnya di Amerika Serikat dalam artikel ini. Dalam kasus pembuangan limbah di laut perlu memperhatikan masalah lingkungan secara keseluruhan karena bisa merusak ekosistem di laut dan membunuh binatang laut. Sedangkan dalam kasus akuntabilitas bisnis ImClone yang melibatkan Martha Stewart dan Samuel Waksal, ketidakjujuran dan kecurangan mereka dalam berbisnis berakibat keduanya masuk penjara federal dalam waktu yang cukup lama.



Setia Budhi Wilardjo. 2011. Menjalankan Bisnis Secara Etis Dan Bertanggung Jawab. VALUE ADDED, Vol. 7 , No.2, Maret 2011 – Agustus 2011.

RIVIEW ARTIKEL ETIKA BISNIS



1.    Definisi Etika Bisnis
Etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan  individu,  perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan  bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.

2.        Prinsip-prinsip Etika Bisnis
Pada dasarnya, setiap pelaksanaan bisnis seyogyanya harus menyelaraskan proses bisnis tersebut dengan etika bisnis yang telah disepakati secara umum dalam lingkungan tersebut. Sebenarnya terdapat beberapa prinsip etika bisnis yang dapat dijadikan pedoman bagi setiap bentuk usaha. Sonny Keraf (1998) menjelaskan bahwa prinsip etika bisnis adalah sebagai berikut :
·         Prinsip Otonomi ; yaitu sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
·         Prinsip Kejujuran ; terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.
·         Prinsip Keadilan ; menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai criteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.
·         Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principle) ; menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.
·         Prinsip Integritas Moral ; terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan atau orang-orangnya maupun perusahaannya.

3.        Sasaran dan Lingkup Etika Bisnis
Setelah melihat penting dan relevansinya etika bisnis ada baiknya kita tinjau lebih lanjut apa saja sasaran dan lingkup etika bisnis itu. Ada tiga sasaran dan lingkup pokoketika bisnis yaitu:
Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi dan masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Dengan kata lain, etika bisnis yang pertama bertujuan untuk mengimbau para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya secara baik dan etis. Karena lingkup bisnis yang pertama ini lebih sering ditujunjukkan kepada para manajer dan pelaku bisnis dan lebih sering berbicara mengenai bagaimana perilaku bisnis yang baik dan etis itu. Etika bisnis bisa menjadi sangat subversife. Subversife karean ia mengunggah, mendorong dan membangkitkan kesadaran masyarakat untuk tidak dibodoh – bodohi, dirugikan dan diperlakukan secara tidak adil dan tidak etis oleh praktrek bisnis pihak mana pun. Untuk menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, buruh atau karyawan dan masyarakat luas akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapapun juga.

4.        Hal-hal Yang Harus Diketahui Dalam Menciptakan Etika Bisnis
a. Menuangkan ke dalam Hukum Positif
Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang menjadi Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti “proteksi” terhadap pengusaha lemah.
b. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi dan jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak yang terkait.
c. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi.
d. Memelihara Kesepakatan
Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan Kesadaran dan rasa Memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis.
e. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi dan jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak yang terkait.

5.      Factor penyebab perusahaan atau produsen melakukan pelanggaran adalah:
a. Menurunnya formalism etis (moral yang berfokus pada maksud yang berkaitan dengan perilaku dan hak tertentu.
b. Kurangnya kesadaran moral utilarian (moral yang berkaitan dengan memaksimumkan hal terbaik bagi orang sebanyak mungkin)
c. Undang – undang atau peraturan yang mengatur perdagangan, bisnis dan ekonomi masih kurang
d. Lemahnya kedudukan lembaga yang melindungi hak – hak konsumen
e. Rendahnya tingkat pendidikan, pengetahuan serta informasi mengenai bahan, material berbahaya
f. Pandangan yang salah dalam menjalankan bisnis (tujuan utama bisnis adalah mencari keuntungan semata, bukan kegiatan social)
g. Rendahnya tanggung jawab social atau CSR (Corporate Social Responsibility)
h. Kurangnya pemahaman tentang prinsip etika bisnis

6.      Adapun upaya yang diharapkan untuk menghindari pelanggaran kode etik salah satunya bagi para pengguna internet adalah:
a. Menghindari dan tidak mempublikasi informasi yang secara langsung berkaitan dengan masalah pornografi dan nudisme dalam segala bentuk.
b. Menghindari dan tidak mempublikasi informasi yang memiliki tendensi menyinggung secara langsung dan negative masalah suku, agama dan ras(SARA), termasuk di dalamnya usaha penghinaan, pelecehan, pendiskreditan, penyiksaan serta segala bentuk pelanggaran hak atas perseorangan, kelompok/ lembaga/ institusi lain.
c. Menghindari dan tidak mempublikasikan informasi yang berisi Instruksi untuk melakukan perbuatan melawan hukum(illegal) positif di Indonesia dan ketentuan internasional umumnya.
d. Tidak menampilkan segala bentuk eksploitasi terhadap anak-anak dibawah umur.
e.Tidak mempergunakan, mempublikasikan dan atau saling bertukar materi dan informasi yang memiliki korelasi terhadap kegiatan pirating, hacking dan cracking.
f.  Bila mempergunakan script, program, tulisan, gambar/ foto, animasi, suara atau bentuk materi dan informasi lainnya yang bukan hasil karya sendiri harus mencantumkan identitas sumber dan pemilik hak cipta bila ada dan bersedia untuk melakukan pencabutan bila ada yang mengajukan keberatan serta bertanggung jawab atas segala konsekuensi yang mungkin timbul karenanya.


Sumber = http://lailasoftskill.blogspot.co.id/2013/10/2-etika-dalam-bisnis.html?m=1